Cari Blog Ini

Sabtu, 26 Maret 2011

Penyebab Banjir BANDANGG !!!!!!!!!!!!! >> .................

Musim hujan di Indonesia terjadi pada bulan Oktober sampai Maret. Di Indonesia, curah hujan nya cukup tinggi. Sehingga volume hujan yang jatuh sangat banyak. Air tersebut akan meresap ke dalam tanah yang kemudian akan dialirkan menuju sungai. Yang berakhir di lautan. Namun, pernyesapan air ke dalam tanah cukup sulit untuk daerah perkotaan. Mengapa? Karena sudah banyaknya tanah yang diaspal; dijadikan areal pemukiman, bangunan-bangunan, dll. Hal inilah yang membuat sulitnya air meresap ke dalam tanah. Akibat dari kejadian ini adalah terjadinya banjir. Untuk daerah yang terletak di sekitar pantai dan dataran rendah yang sering mengalaminya. Mengapa demikian? Karena air mengalir ke tempat yang lebih rendah. Sehingga akan sangat jarang bahkan tidak mungkin kalo banjir terjadi di dataran tinggi. Banjir terjadi bukan hanya karena itu. Masih ada penyebab-penyebab yang lain. Penyebab-penyebab tersebut bisa alami atau buatan.
Pembuatan tulisan ini memiliki tujuan, yaitu untuk memenuhi syarat tugas Bahasa Indonesia. Yang menjadi fokus dari penulisan ini adalah penyebab-penyebab dari bencana alam banjir. Tulisan ini menggunakan metode kepustakaan. Sehingga data-data yang diperoleh dalam pembuatan tulisan ini berasal dari buku-buku dan internet.
Pembahasan
Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.
Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang.
Hujan muson dapat mengakibatkan banjir besar di negara-negara yang terletak di dekat khatulistiwa seperti Bangladesh, karena panjangnya musim hujan di sana.
Badai juga dapat menyebabkan banjir melalui beberapa cara, diantaranya melalui ombak besar yang tingginya bisa mencapai 8 meter. Selain badai, juga adanya presipitasi (jatuhnya air ke permukaan bumi) yang dikaitkan dengan peristiwa badai. Mata badai mempunyai tekanan yang sangat rendah. Jadi, ketinggian laut dapat naik beberapa meter pada mata guntur. Banjir pesisir seperti ini sering terjadi di Bangladesh.
Gempa bumi dasar laut maupun letusan pulau gunung berapi yang membentuk kawah (seperti Thera atau Krakatau) dapat memicu terjadinya gelombang besar yang disebut tsunami yang menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai.
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg rendah.
Pada saat air jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ke tempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran atau sungai-sungai dalam bentuk aliran permukaan (run off). Sebagian akan masuk atau meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap ke udara (evapotranspirasi).
Sebenarnya banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir. Mengapa alami? Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan daerah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang dibawa, tapi juga tanah-tanah yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan-pertemuan sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yang subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.
Ada dua faktor perubahan yang menyebabkan banjir terjadi. Pertama, perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, geomorfologi, geologi dan tata ruang. Dan yang kedua adalah perubahan dari masyarakat dari daerah yang bersangkutan.
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek, tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini, saluran-saluran yang ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan.
Perubahan lingkungan tidak bisa dipungkiri. Dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global. Selain itu, perubahan penggunaan lahan ~yang juga perubahan lingkungan~ telah berakibat pada berkurangnya tutupan lahan oleh manusia. Semakin lama jumlah vegetasi semakin berkurang, khususnya di daerah perkotaan. Berdasarkan penelitian Diarniti (2007) jumlah vegetasi di Denpasar pada tahun 1994 adalah 45.31% dan pada tahun 2003,17.86%. hal ini telah menunjukkan terjadinya penurunan sebesar 27,45% dari tahun 1994 sampai 2003.
Pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yang akhirnya mengubah pola curah hujan. Maka dari itu, jangan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah. Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun 1900 sampai tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi Ambon, Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan Pontianak (Slamet dan Berliana, 2006). Berdasarkan kajian LAPAN (2006), banjir yang terjadi di Jakarta, Januari 2002, Juni 2004 dan Februari 2007 bertepatan dengan fenomena La Nina dan MJO (Madden-Julian oscillation), kedua fenomena ini menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan diatas normal. Memang, berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut bukan hanya faktor iklim yang menyebabkan terjadinya banjir, tetapi juga disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase (sungai).
Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan ~penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, ladang dll sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang tumbuh di atas permukaan bumi~ menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah. Menurut Castro (1959), tingkat aliran permukaan pada hutan adalah 2.5%, tanaman kopi 3%, rumput 18% sedangkan tanah kosong sekitar 60%. Sedangkan berdasarkan penelitian Onrizal (2005) di DAS Ciwulan, penebangan hutan menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan sebesar 624 mm/tahun.
Hutan digunakan sebagai sampel apabila tidak ada vegetasi dan pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan debit sungai. Onrizal (2005) mengungkapkan bahwa penebangan hutan menyebabkan berkurangnya air tanah rata-rata sebesar 53.2 mm/bulan. Sedangkan kemampuan peresapan air pada DAS berhutan lebih besar 34.9 mm/bulan dibandingkan dengan DAS tidak berhutan. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa apabila tanaman di bawah pohon hutan ~tanaman-tanaman yg kecil-kecil~ itu hilang akan menyebabkan peningkatan aliran permukaan yang mencapai 6.7 m3/ha/bulan. Hasil penelitian Bruijnzeel (1982) dalam Onrizal (2005) yang dilakukan pada areal DAS Kali Mondoh pada tanaman hutan memperlihatkan bahwa debit sungai pada bulan Mei, Juli, Agustus dan September lebih tinggi dari curah hujan yang terjadi pada saat bulan-bulan tersebut, ini membuktikan bahwa vegetasi sebagai pengatur tata air dimana pada saat hujan tanaman membatu proses infiltrasi sehingga air disimpan sebagai air bawah tanah dan dikeluarkan saat musim kemarau. Menurut Suroso dan Santoso (2006) dalam WWF-Indonesia (2007) perubahan penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap peningkatan debit sungai. Hasil penelitian Fakhrudin (2003) dalam Yuwono (2005) menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung tahun 1990-1996 akan meningkatkan debit puncak dari 280 m3/det menjadi 383 m3/det, dan juga meningkatkan persentase hujan menjadi direct run-off dari 53 % menjadi 63 %. Dalam makalah yang sama Yuwono (2005) juga mengungkapkan pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan menaikkan puncak banjir berturut-turut 12,7%, 58,7% dan 90,4%.
Hubungan aliran permukaan dan debit sungai dengan erosi dan sedimensi. Saat terjadi perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi tegalan, maka kemungkinan erosi akan semakin tinggi. Menurut Yuwono (2005) pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan meningkatkan laju erosi sebesar 10%, 60% dan 90%. Akibat dari erosi ini tanah menjadi padat, proses infiltrasi terganggu, banyak lapisan atas tanah yang hilang dan terangkut ke tempat-tempat yang lebih rendah, tanah yang hilang dan terangkut inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk-waduk, bendungan-bendungan dan sungai-sungai. Setelah terjadi seperti itu, kapasitas daya tampung dari saluran irigasi tersebut menjadi lebih kecil yang akhirnya dapat menyebabkan banjir walaupun dalam kondisi curah hujan normal. Menurut Priatna (2001) kerusakan tanah akibat terjadinya erosi dapat menyebabkan bahaya banjir pada musim hujan, pendangkalan sungai atau waduk-waduk serta makin meluasnya lahan-lahan kritis.
Analisis
Banjir yang terjadi di suatu daerah memiliki penyebab-penyebab yang berbeda. Ada yang berasal dari alam, dari lingkungan dan dari manusia yang menempati daerah tersebut. Memang yang menjadi penyebab utama adalah hujan. Namun, penyebab pendukung dari suatu daerah itulah yang menentukan terjadi atau tidaknya bencana banjir. Sebagai contoh Jakarta dan Bogor. Jika dalam satu hari di kedua tempat tersebut terjadi hujan. Mengapa Jakarta mengalami banjir, sedangkan Bogor tidak? Hal ini disebabkan oleh kondisi alamnya yang berbeda. Sebenarnya volume air hujan yang dibawa oleh angin pun berbeda. Volume ini dapat diperkirakan berdasarkan tempat membawa air hujan ini, yang dapat diketahui melalui arah hembusan angin. Jika ditinjau dari kondisi alam, sudah pasti berbeda. Jakarta terletak di dataran rendah yang dekat dengan kawasan pantai. Sementara, Bogor terletak di dataran tinggi. Sifat air adalah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Namun, salah pemahaman juga jika banjir yang terjadi di Jakarta adalah “bawaan” dari Bogor. Semua kembali lagi ke kondisi alam dari suatu daerah itu.
Kesimpulan
Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg rendah.
Ada dua faktor perubahan yang menyebabkan banjir terjadi. Pertama, perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, geomorfologi, geologi dan tata ruang. Dan yang kedua adalah perubahan dari masyarakat dari daerah yang bersangkutan.
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan.Selain itu, perubahan penggunaan lahan telah berakibat pada berkurangnya tutupan lahan oleh manusia. Semakin lama jumlah vegetasi semakin berkurang, khususnya di daerah perkotaan.
Pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yang akhirnya mengubah pola curah hujan.
Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah.
Hutan digunakan sebagai sampel apabila tidak ada vegetasi dan pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan debit sungai.
Hubungan aliran permukaan dan debit sungai dengan erosi dan sedimensi. Saat terjadi perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi tegalan, maka kemungkinan erosi akan semakin tinggi.
Singkatnya banjir sering terjadi akibat beberapa faktor utama, yaitu:
• Curah hujan dalam jangka waktu panjang.
• Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
• Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
• Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan / tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
• Bendungan dan saluran air rusak.
• Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
• Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
• Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir kiriman atau banjir bandang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar